Jumat, 31 Oktober 2014

BIMBINGAN DAN KONSELING

( BIMBINGAN KONSELING )
PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA ANAK


           
OLEH :
NIKMATUL KHOIRIAH
1313042056












PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014


A.    PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING SECARA PRIBADI DAN KELOMPOK
Pengertian Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.
Pengertian Konseling Pribadi
Konseling pribadi atau individual adalah merupakan salah satu pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face to face relationship (hubungan muka ke muka, atau hubungan empat mata) antara konselor dengan individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan klien untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan konseli dimana banyak yang berfikir bahwa ini adalah esensi dari pekerjaan konselor.
Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di selenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

B.     CONTOH KASUS PADA ANAK

1.      KASUS ANAK YANG KECANDUAN VIDEO GAME
Andi adalah seorang siswa SMP kelas 2, sebenarnya ia anak yang berprestasi di sekolahnya. Masalahnya hanya satu, anak berusia 12 tahun ini tidak pernah bisa lepas dari permainan video game yang memang sudah menjadi kegemarannya sejak masih kecil.
Belakangan, saking asyiknya memainkan video game, Andi mulai menarik diri dari pergaulan dan sering bolos sekolah. Orangtua yang merasa khawatir berusaha melarang, namun ketika video gamenya diambil, maka Andi mulai kehilangan kontrol lalu ngamuk-ngamuk.
o   Penyelesaian
Seperti yang kita ketahui bahwa anak – anak memang menyukai game atau permainan. Pada zaman sekarang ini banyak kita temui anak – anak sudah bisa mengoperasikan alat elektronik seperti komputer dan handphone. Karena kita tahu bahwa salah satu tugas perkembangan anak smp adalah mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah kecendrungan karir. Pada saat ini, anak smp sudah belajar bagaimana cara mengoperasikan alat elektronik agar bisa mengembangkan bakat dan kemampuannya. Pada anak tersebut, ia beranggapan bahwa itu hanyalah sekedar hobi, tetapi hal ini semakin lama membuat anak tersebut kecanduan sehingga ia lebih memilih untuk bermain game daripada bermain dengan teman sebayanya dan mengganggu aktivitas belajarya sebagai seorang siswa. Untuk menyelesaikan masalah ini anak tersebut harus di bimbing melalui bimbingan kelompok dengan cara seperti :
1.      Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak lebih banyak, menemani anak di rumah. Jika Anda sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak anda sedang “sakit” dan perlu ditemani.
2.      Berusaha memahami kebutuhan anak, termasuk bahasa anak. Menyelami game-game yang dimainkan supaya bisa menjadi pintu masuk anda bicara dengan anak.
3.      Adakan pertemuan anggota keluarga di rumah, membuat aturan penggunaan komputer, segenap anggota keluarga wajib mematuhinya. Banyak orangtua, baik dari pihak ayah atau ibu melarang anak-anaknya menggunakan komputer, tapi mereka sendiri justru asyik ber-online ria, kirim email, bahkan main mahyong online, seperti anak kecil mencuri sayur yang baru matang di meja dan sebagainya. Karena itu, anak-anak pun menganggap kalau aturan yang dibuat itu khusus ditujukan kepada mereka, sehingga mereka pun berontak. Jika seluruh anggota keluarga mematuhi aturan penggunaan komputer, maka anak-anak yang kecandua game juga tidak akan berdaya karena terikat aturan yang disepakati bersama.
4.      Jika membatasi anak-anak online tapi juga memaksanya belajar, hasilnya pasti buruk. Sebaiknya atur beberapa kegiatan keluarga atau hobi lainnya yang dapat menarik perhatian anak-anak untuk meninggalkan meja komputer sejenak, pasti akan menghasilkan efek yang tak terbayangkan. Misalnya bermain bersama, main bola, jalan santai, atau main kartu dan sebagianya, selain bermanfaat secara jasmani dan rohani juga dapat meningkatkan interaksi antara sesama anggota keluarga, dan efek terapi sebagai pengganti ini biasanya bermanfaat positif bagi segenap anggota keluarga.

2.      KASUS ANAK YANG SULIT BERGAUL
Iqbal adalah anak siswa kelas 2 SD, ia adalah murid yang selalu minder dengan teman – temannya. Ia lebih suka duduk menyendiri pada saat anak yang lain bermain dengan teman - temannya. Setelah di selidiki ternyata ia terbiasa sendiri saat dirumah dan hanya ada pembantu, orang tuanya memang jarang dirumah karena sibuk bekerja menyebabkan ia sulit untuk berteman dan lebih suka menyendiri.
o   Penyelesaian
Dalam kasus ini ada sebab akibat yang ditimbukan oleh keadaan sekitar anak tersebut. Hal itu disebabkan oleh kurangnya interaksi didalam keluarga sehingga menyebabkan anak tidak terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain seperti teman sebayanya. Anak menjadi seperti malu dan sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Perasaan malu tersebut yang semakin lama membuat anak tersebut menjadi sulit untuk mempunyai teman dan bergaul dengan orang lain. Hal ini menggangu adanya tugas perkembangan anak yaitu Belajar bergaul dengan teman sebaya dan Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial. Untuk membantu anak tersebut mengatasi perasaan malunya, ketika dirinya hendak berinteraksi sosial atau bergaul, maka hal-hal yang perlu kita lakukan memberikan konseling secara kelompok dengan mengarahkan orang – orang disekitarnya agar membantunya bersosialisasi dan membimbing orang tuanya agar lebih memperhatikan anaknya dengan cara:
1.      Sering-sering mengajak anak berinteraksi atau berbicara.
Di sela-sela waktu kita harus aktif mengajak anak bicara. Bicara tentang apa saja. Meskipun anak tidak menjawab, teruslah berusaha. Bertanya tentang kagiatan di rumah, tentang keluarga, makanan kesukaan dan sebagainya. Mungkin awalnya cara ini tidak berhasil. Tapi kita harus melakukanya secara rutin. Jika terlihat anak mulai mau tersenyum saat kita ajak bicara, maka itulah awal keberhasilan kita. Artinya anak itu mulai nyaman. Berhentilah berbicara sebelum anak bosan. Cobalah ajak bicara lagi di lain waktu mungkin dengan topik yang berbeda pula.
2.      Berusaha memahami kecemasan anak.
Kita harus mengetahui pemicu perasaan malu anak, apakah bersumber dari rasa bersalah atau karena merasa kurang percaya diri atau merasa kemampuannya yang kurang dan di bawah standar. Jika kita telah mengetahui sumber pemicu perasaan malu anak, maka kita perlu memberi dukungan emosional pada anak, agar dirinya memiliki keberanian untuk berinteraksi dan menepis perasaan malu anak tersebut.
3.      Membantu anak untu lebih mengenal dirinya.
Pujian adalah sumber kekuatan yang dapat membangkitkan rasa percaya diri anak. Kita dapat menunjukkan atau menyebutkan sesuatu yang dimiliki anak. Dengan menunjukkan kelebihan yang dimiliki anak dapat membangkitkan kekuatan dan keberanian anak menjadi modal anak untuk tampil lebih percaya diri. Anak yang menyadari dirinya mempunyai kekuatan atau kelebihan, berarti dirinya siap untuk dapat bersosialisasi dan berkumunikasi dengan orang lain.
4.      Mengajarkan anak untuk mahir bertanya dan bersikap terbuka.
Kita pun perlu membimbing anak, bagaimana cara bertanya atau etika bertanya yang baik, agar orang yang ditanya tidak tersinggung, jengkel atau marah. Bagaimana cara bertanya dengan santun dan nada suara yang tidak menyinggung perasaan orang yang ditanya.
5.      Untuk besikap lebih adaptif dan agresif.
Untuk bersikap lebih agresif dan adaptif maksudnya adalah membantu anak untuk memiliki keberanian dalam membangun serangkaian relasi pertemanan dengan teman bermainnya. Kita dapat membimbing dan mendorong anak untuk selalu aktif memulai pendekatan-pendekatan pada temannya dengan menepis perasaan tak enaknya, sungkannya dan takutnya. Untuk itu, anak membutuhkan kemahiran menyapa, menegur atau bertanya.
6.      Mau berempati.
Kita dapat melatih anak untuk memiliki empati terhadap orang lain, agar anak memiliki dasar perilaku sosial. Anak kita biasakan untuk mengenal, memahami dan menanggapi perasaan, pikiran dan pengalaman orang lain, agar terbentuk dalam diri anak perasaan sense belonging (Perasaan Kebersamaan), sehingga anak mudah tersentuh dan peduli terhadap kebutuhan orang lain.
7.      Membiasakan anak berada ditengah – tengah teman sebayanya.
Untuk membiasakan anak senang bergaul atau berteman, maka anakpun mutlak dibiasakan berada di tengah-tengah teman sebayanya, untuk bermain dan sebagainya, seperti di play group atau di lingkungan sebaya seputar tempat tinggalnya. Anak kita latih dan biasakan menghadapi bermacam-macam karakter anak. Dengan sendirinya anak belajar berinteraksi, bermain dan beradaptasi dengan bermacam-macam karakter anak.
8.      Mengembangkan sikap toleransi anak dalam berteman.
Agar anak dapat bermain dengan asyik dengan teman-temannya, maka anak kita arahkan tidak boleh memaksakan kehendaknya pada temannya. Anak harus dapat memperhatikan dan mendengar keinginan-keinginan temannya. Begitu juga, anak diarahkan, agar dapat menghargai pendapat temannya.

3.      KASUS ANAK YANG KURANG SOPAN TERHADAP ORANG LAIN
Ada sebuah permasalahan yang dialami oleh seorang ibu yang mempunyai anak yang sulit diatur, ia suka membantah dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Berikut adalah deskripsi kasus yang ditullisnya,
 “Anak saya berusia 7 th, namun saya pusing dengan kata2nya pada saat dia marah pada temannya. Saya dan ayahnya kaget luar biasa karena pada saat kami berlibur dengan keluarga besar dan dia marah dengan sepupunya dia mengungkapkan dengan kata- kata yang kasar dan tidak sopan. Kami sangat malu, dan sungguh itu pengalaman pertama kami mendengarnya, selama ini tidak pernah. Saya mulai menyelidiki dari mana dia mendapat kata2 tsb, ternyata dari teman2nya di sekolah dan salah satunya adalah temannya yang selalu bermain ke rumah kami setiap pulang sekolah, bahkan bisa sampai satu harian di rumah kami, kalau tidak kami suruh pulang anak tsb tidak pernah mau pulang dan itu pun susah sekali.”
o   Penyelesaian
Pada anak tersebut, masih bisa dikatakan bahwa tingkahnya masih seperti anak normal lainnyaa. Tetapi, ia belum terlalu mengetahui hal – hal yang baik yang harus dikatakan pada saat berkata dengan orang lain yang harus lebih dihormati. Ia mengalami gangguan dalam menerapkan tugas perkembangan yaitu mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial. Dalam hal ini, ia harus lebih banyak dibimbing secara kelompok dengan cara memanfaatkan orang terdekatnya agar mengajari bagaimana berperilaku yang kebih sopan kepada orang lain dalam perkataan dan juga perbuatan. Hal ini juga bisa dibantu dengan cara :
1.      Bimbing anak mengucapkan “terima kasih” kepada orang-orang yang sudah memberinya pertolongan atau sesuatu, misalnya hadiah. Kata “tolong” saat akan meminta bantuan kepada orang lain. Kata “maaf” bila melakukan kesalahan, misalnya memukul teman.  Kata “permisi” bila akan melewati orang yang lebih tua atau masuk ke kamar orang lain.
2.      Jika ia tetap tidak mau mengucapkan, jangan permalukan anak di depan orang lain meski niat Anda adalah mengingatkan dan memintanya mengucapkan “terima kasih”.
3.      Gunakan cara yang halus untuk mengingatkan anak, misalnya dengan mengatakan, “Sepertinya kamu lupa, ya, mengucapkan terima kasih setelah Ayah berikan hadiah tadi”.
4.      Hindari menolak keinginan anak hanya karena ia tak mengucapkan kata "tolong".












Tidak ada komentar:

Posting Komentar